Koreksi Geometrik Citra Penginderaan Jauh
Wednesday, February 12, 2020
Add Comment
Gambar ilustrasi koreksi geometrik
Koreksi Citra termasuk dalam
operasi pra-pengolahan Citra yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas Citra
baik secara geometrik atupun radiometrik, untuk menghilangkan kesalahan yang
terjadi pada proses perekaman oleh sensor yang disebabkan oleh beberapa hal
seperti mekanisme perekaman sensor, gerakan wujud geometri dan konfigurasi
permukaan bumi serta kondisi atmosfer (Projo, 2012) Proses koreksi geometrik
merupakan koreksi yang wajib dilakukan dalam setiap proses penggunaan data
Penginderaan Jauh. Hal ini dikarenakan setiap Citra hasil perekaman mengandung
kesalahan baik sistematik maupun non-sistematik. Kesalahan geometrik sistematik
umumnya telah dikoreksi oleh institusi pengorbit sensor sebelum data siap untuk
digunakan, sedangkan kesalahan geometrik non-sistematik seperti kesalahan
posisi akibat konfigurasi topografi lokal dan off-nadir viewing angle masih
perlu dikoreksi lebih lanjut. Mayoritas level koreksi Citra seperti Landsat 1G/T , ALOS L1B, Quickbird 2A, SPOT 2B, belum
menerapkan koreksi topografi lokal, hanya Citra dengan koreksi Ortho yang telah menerapkan koreksi
topografi lokal menggunakan DEM lokal.
Koreksi geometrik mempunyai tiga
tujuan, yaitu (1) melakukan rektifikasi (pembetulan) Citra agar koordinat Citra
sesuai dengan koordinat geografi, (2) mencocokkan posisi Citra dengan Citra
lain, dan (3) registrasi Citra ke peta atau transformasi sistem koordinat Citra
ke peta, yang menghasilkan Citra dengan proyeksi tertentu (Purwadhi, 2001).
Koreksi geometrik selalu diperlukan apabila Citra akan disajikan dalam konteks
keruangan yang lebih luas dan dipadukan dengan informasi spasial lain.
Adanya sumber-sumber distorsi
geometrik selama akuisisi Citra seperti pengaruh rotasi bumi, kelengkungan
bumi, kecepatan scanning dari
beberapa sensor yang tidak normal, dan efek panoramik menyebabkan posisi setiap
obyek di Citra tidak sama dengan posisi geografis permukaan bumi yang
sebenarnya (Sitorus et al. 2006).
Koreksi geometrik Citra dilakukan pada Citra karena kesalahan geometrik pada
saat perekaman sulit untuk dihindari. Kesalahan dapat bersifat sistematik (dapat
diperkirakan sebelumnya) dan non-sistematik/acak (Lillesand, Kiefer dalam Sutanto, 1990). Menurut Supriatna dan Sukartono
(2002) ada beberapa cara dalam pengkoreksian ini, antara lain triangulasi,
polinomial, orthorektifikasi dengan menggunakan titik-titik
kontrol lapangan (ground control point), proyeksi peta ke peta, dan
registrasi titik yang telah diketahui (know
point registration). Adapun tahapan dalam melakukan koreksi geometrik pada
suatu Citra adalah pemilihan titik
kontrol lapangan (ground control point),
komputasi model yang telah terkoreksi, dan resampling.
Pada koreksi ini, perlu dipertimbangkan bahwa perubahan posisi piksel juga akan
mencakup perubahan informasi spektralnya. Oleh karena itu dilakukan interpolasi
nilai spektral selama transformasi geometri (disebut sebagai resampling), sehingga dihasilkan
geometri baru dengan nilai baru (Projo, 1996). Terdapat beberapa algoritma yang
digunakan untuk interpolasi nilai spektral, yaitu nearest neighbour, bi-linear, dan cubic convolution.
Algoritma nearest neighbor lebih
sederhana dan tidak ada nilai piksel yang
hilang. Pada algortima bi-linear
kenampakan Citra menjadi lebih halus, namun terjadi perubahan nilai piksel
karena dipengaruhi oleh nilai piksel di sekitarnya. Algoritma cubic convolution kenampakan Citra
menjadi sangat halus dengan perhitungan pengubahan nilai piksel yang sangat
kompleks. Adapun beberapa metode koreksi geometrik secara umum yaitu : image to map rectification dan image to
image registration.
·
Image to
map rectification
Metode ini menggunakan data rujukan GCP (Ground Control Point) berupa peta, data
lapangan, data sekunder, atau Citra lain pada resolusi spasial yang tinggi
·
Image to
image regsitration
Metode
ini menggunakan data rujukan GCP dari Citra lain pada daerah yang
sama dan
sebaiknya pada resolusi spasial yang sama.
Dalam proses koreksi geometrik
perlu diperhatikan orde transformasi dan metode resampling yang digunakan. Orde
transformasi berhubungan dengan distribusi spasial GCP, jumlah GCP , dan
konfigurasi topogafi wilayah. Metode resampling
berhubungan dengan bagaimana cara mengisi nilai piksel pada grid baru hasil transformasi. Metode nearest neighbour menggunakan piksel
terdekat sedangkan bilinear dan cubic convolution menggunakan rata-rata
piksel di sekitarnya.
Daftar Pustaka
Dulbahri, Dkk). Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Purwadhi, F.S.H. And Santoso,
T.B., 2009. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh Edisi
Kedua, Lembaga
Penerbangan Antariksa Nasional dan Universitas Negeri Semarang
0 Response to "Koreksi Geometrik Citra Penginderaan Jauh"
Post a Comment