-->

Koreksi Geometrik Citra Penginderaan Jauh



                                       Gambar ilustrasi koreksi geometrik

Koreksi Citra termasuk dalam operasi pra-pengolahan Citra yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas Citra baik secara geometrik atupun radiometrik, untuk menghilangkan kesalahan yang terjadi pada proses perekaman oleh sensor yang disebabkan oleh beberapa hal seperti mekanisme perekaman sensor, gerakan wujud geometri dan konfigurasi permukaan bumi serta kondisi atmosfer (Projo, 2012) Proses koreksi geometrik merupakan koreksi yang wajib dilakukan dalam setiap proses penggunaan data Penginderaan Jauh. Hal ini dikarenakan setiap Citra hasil perekaman mengandung kesalahan baik sistematik maupun non-sistematik. Kesalahan geometrik sistematik umumnya telah dikoreksi oleh institusi pengorbit sensor sebelum data siap untuk digunakan, sedangkan kesalahan geometrik non-sistematik seperti kesalahan posisi akibat konfigurasi topografi lokal dan off-nadir viewing angle masih perlu dikoreksi lebih lanjut. Mayoritas level koreksi Citra seperti Landsat 1G/T , ALOS L1B, Quickbird 2A, SPOT 2B, belum menerapkan koreksi topografi lokal, hanya Citra dengan koreksi Ortho yang telah menerapkan koreksi topografi lokal menggunakan DEM lokal.

Koreksi geometrik mempunyai tiga tujuan, yaitu (1) melakukan rektifikasi (pembetulan) Citra agar koordinat Citra sesuai dengan koordinat geografi, (2) mencocokkan posisi Citra dengan Citra lain, dan (3) registrasi Citra ke peta atau transformasi sistem koordinat Citra ke peta, yang menghasilkan Citra dengan proyeksi tertentu (Purwadhi, 2001). Koreksi geometrik selalu diperlukan apabila Citra akan disajikan dalam konteks keruangan yang lebih luas dan dipadukan dengan informasi spasial lain.

Adanya sumber-sumber distorsi geometrik selama akuisisi Citra seperti pengaruh rotasi bumi, kelengkungan bumi, kecepatan scanning dari beberapa sensor yang tidak normal, dan efek panoramik menyebabkan posisi setiap obyek di Citra tidak sama dengan posisi geografis permukaan bumi yang sebenarnya (Sitorus et al. 2006). Koreksi geometrik Citra dilakukan pada Citra karena kesalahan geometrik pada saat perekaman sulit untuk dihindari. Kesalahan dapat bersifat sistematik (dapat diperkirakan sebelumnya) dan non-sistematik/acak (Lillesand, Kiefer dalam Sutanto, 1990). Menurut Supriatna dan Sukartono (2002) ada beberapa cara dalam pengkoreksian ini, antara lain triangulasi, polinomial, orthorektifikasi dengan menggunakan titik-titik kontrol lapangan (ground control point), proyeksi peta ke peta, dan registrasi titik yang telah diketahui (know point registration). Adapun tahapan dalam melakukan koreksi geometrik pada suatu Citra adalah pemilihan titik kontrol lapangan (ground control point), komputasi model yang telah terkoreksi, dan resampling. Pada koreksi ini, perlu dipertimbangkan bahwa perubahan posisi piksel juga akan mencakup perubahan informasi spektralnya. Oleh karena itu dilakukan interpolasi nilai spektral selama transformasi geometri (disebut sebagai resampling), sehingga dihasilkan geometri baru dengan nilai baru (Projo, 1996). Terdapat beberapa algoritma yang digunakan untuk interpolasi nilai spektral, yaitu nearest neighbour, bi-linear, dan cubic convolution. Algoritma nearest neighbor lebih sederhana dan tidak ada nilai piksel yang hilang. Pada algortima bi-linear kenampakan Citra menjadi lebih halus, namun terjadi perubahan nilai piksel karena dipengaruhi oleh nilai piksel di sekitarnya. Algoritma cubic convolution kenampakan Citra menjadi sangat halus dengan perhitungan pengubahan nilai piksel yang sangat kompleks. Adapun beberapa metode koreksi geometrik secara umum yaitu : image to map rectification dan image to image registration.

·        Image to map rectification

Metode ini menggunakan data rujukan GCP (Ground Control Point) berupa peta, data lapangan, data sekunder, atau Citra lain pada resolusi spasial yang tinggi

·        Image to image regsitration

Metode ini menggunakan data rujukan GCP dari Citra lain pada daerah yang

sama dan sebaiknya pada resolusi spasial yang sama.

Dalam proses koreksi geometrik perlu diperhatikan orde transformasi dan metode resampling yang digunakan. Orde transformasi berhubungan dengan distribusi spasial GCP, jumlah GCP , dan konfigurasi topogafi wilayah. Metode resampling berhubungan dengan bagaimana cara mengisi nilai piksel pada grid baru hasil transformasi. Metode nearest neighbour menggunakan piksel terdekat sedangkan bilinear dan cubic convolution menggunakan rata-rata piksel di sekitarnya.


                                                Daftar Pustaka


 Lillesand, T.M. & Kiefer, R.W.1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra (Terjemahan 

                     Dulbahri, Dkk). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

 Projo. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta.

 Purwadhi, F.S.H. And Santoso, T.B., 2009. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh Edisi 

                     Kedua, Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional dan Universitas Negeri Semarang

0 Response to "Koreksi Geometrik Citra Penginderaan Jauh"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel