Pengolahan Citra Penginderaan Jauh
Wednesday, February 12, 2020
Add Comment
Saat ini terdapat banyak sekali
perangkat lunak pengolah Citra yang digunakan dan dimanfaatkan untuk mengolah
Citra, hal ini berbeda jauh dengan kondisi sebelumnya yakni di tahun 1990-an
dimana sebagian besar sistem pengolah Citra digital Penginderaan Jauh
dijalankan melalui platform atau sistem operasi komputer besar, terutama mainframe (Projo, 2012). Data
Penginderaan Jauh yang diperoleh dari penyiaman satelit terhadap permukaan bumi
pasti berbentuk digital. Citra digital tersebut disimpan dalam bentuk dua
dimensi yang elemen-elemennya mewakili suatu daerah yang sangat kecil yang
disebut pixels (picture element) dan setiap pixel berhubungan dengan ruang dan
luasan yang ada pada permukaan bumi, agar data Citra digital dapat ditampilkan
atau dimanfaatkan untuk keperluan interpretasi, maka data Citra harus diolah
melalui berbagai teknik pengolahan Citra secara digital.
Proses atau tahap awal pengolahan
Citra untuk aplikasi pemetaan ialah "pemulihan Citra" atau yang biasa
disebut dengan image restoration.
Proses ini merupakan proses untuk memulihkan data Citra yang mengalami distorsi
dan degradasi pada saat proses perolehan data (akuisisi data) sehingga Citra
yang diperoleh merupakan gambaran yang lebih sesuai dengan kondisi aslinya,
oleh karena itu sebelum data Citra dianalisis, terlebih dahulu harus melalui
proses pemulihan Citra melalui koreksi geometrik. Tidak hanya distorsi dan
degradasi saja permasalahan atau gangguan yang muncul pada data Citra, adanya
pengaruh atau gangguan atmosfer yang sejatinya disebabkan oleh iluminasi
matahari, interaksi gelombang elektromagnetik dengan atmosfer, geometrik sudut
pandang, dan karakteristik instrumen perolehan (akuisisi) data juga
mempengaruhi kualitas data Citra. Beberapa kesalahan radiometrik yang terjadi
saat perekaman data yaitu
:
kesalahan detektor, kesalahan
akibat pengaruh atmosfer, dan kesalahan akibat pengaruh sinar datang matahari.
·
Kesalahan Detekor
Pada sistem
sensor satelit Landsat
TM digunakan 16
detektor yang
merekam secara serentak kecuali pada saluran termal
yang hanya menggunakan 6 detektor. Apabila terjadi kegagalan pada salah satu
detektor tersebut maka pada setiap piksel kolom ke n akan dicatat sebagai data
0, yang disebut sebagai kesalahan line drop out. Apabila posisi piksel yang
gagal tersebut diketahui maka dapat dilakukan koreksi dengan interpolasi linier
antara dua piksel tetangganya.
Apabila kegagalan detektor tidak terjadi secara
total atau kesalahan hanya terjadi pada kalibrasinya saja, maka hanya salah
satu detektor saja yang mencatat kecerahan piksel dua kali lebih banyak
dibanding kecerahan yang dicatat oleh detektor yang lain dalam band yang sama,
sehingga mengakibatkan kesalahan yang sering disebut dengan in-line striping,
kesalahan seperti ini dapat diketahui dengan menghitung histogram data Citra
pada masing-masing band untuk daerah yang relatif homogen. Apabila didapatkan
histogram dengan nilai mean atau median yang berbeda mencolok dengan histogram
yang lain, maka dimungkinkan terjadi kesalahan ini. Kesalahan lain yang mungkin
dapat terjadi adalah kegagalan detektor melakukan akuisisi pada saat pertama scanning yang disebut
kesalahan line-start.
Gambar Stripping pada data
Citra Penginderaan Jauh (Sumber : Natural Recources Canada, 2015, Pre-Processing , http://www.nrcan.gc.ca/node/9403 )
·
Kesalahan akibat pengaruh atmosfer
Radiasi matahari dapat ditangkap secara sempurna
oleh detektor apabila dilewatkan pada ruang hampa, karena pengaruh atmosfer
bumi maka radiasi matahari akan dipantulkan atau dihamburkan. Pada panjang
gelombang hijau akan dihamburkan empat kali lebih banyak dari pada panjang
gelombang inframerah, sedangkan akibat uap air dan gas lain yang terkandung
dalam atmosfer akan banyak menyerap energi dalam panjang gelombang lebih dari
0,8 µm. Akibat penghamburan oleh atmosfer akan menambah kecerahan Citra,
sedangkan akibat absorbsi akan mengurangi kecerahan Citra.
Gambar Absorbsi Atmosfer (Sumber : Natural
Recources Canada, 2015
·
Kesalahan akibat pengaruh sudut datang sinar
matahari
Akusisi data untuk daerah Indonesia terjadi pada
sekitar jam 09.00 sampai dengan jam 10.00 (pagi hari). Saat ini kedudukan
matahari cenderung disebelah timur. Hal ini akan mengakibatkan bayangan (gelap)
akan banyak terjadi pada sisi (lereng sebelah barat, sedangkan pada sisi
sebelah timur akan cenderung mempunyai intensitas yang lebih tinggi). Pengaruh
sudut datang matahari akan mengakibatkan terdeteksi ciri-ciri tepi semu, yaitu
perubahan derajat keabuan yang relatif tajam pada suatu obyek. Selain itu,
pengaruh sudut datang matahari juga akan mengakibatkan sisi tepi suatu obyek
akan terdeteksi lebih dominan pada arah-arah tertentu (Utara – Selatan), untuk
mengurangi gangguan tersebut pada saat dilakukan proses pengolahan Citra secara
digital dilakukan proses filtering terhadap data Citra.
Gambar sinar datang matahari (Sumber : Natural
Recources Canada, 2015
Daftar Pustaka
Projo. 2012. Pengantar
Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta.
0 Response to "Pengolahan Citra Penginderaan Jauh"
Post a Comment